Kaki Pelangi |
Pudar sudah pekanya jiwa,
Hampa seperti mata yang nanar tak berkedip,
Sementara perjalanan batu-batu kerikil semakin cadas,
Tak jelas lagi ke arah mana kau melangkah,
Karena jejakmu sudah sangat samar,
Mesti belok kemana mengikutimu?
Aku hanya jalan setapak.
Sekarang aku malah curiga bumi telah menyembunyikannya,
Yah, dia mungkin benar,
Aku telah tersesat sekali lagi,
Dan perbekalan kian menipis,
Sementara aku bukan pawang kehidupan.
Ukiran kisah ini memang seperti kehadiran kabut,
Datangnya membawa dingin yang menusuk-nusuk,
Tapi seperti yang kau juga tahu (sekali lagi),
Selalu ada pelangi selepas hujan reda,
Meski jalan setapak ini kehilangan arah menuju kaki pelangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar