Selasa, 20 Agustus 2013

KISAH SEBATANG PENSIL

Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat, lalu bertanya,
"Apakah Nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita? Apakah cerita tentang aku?"

Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya, "Nenek memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata-kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah- mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti."
Si anak lelaki merasa heran; diamat-amatinya pensil itu. Kelihatannya biasa saja. "Tapi pensil itu sama saja dengan pensil-pensil lain yang pernah kulihat!" "Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.

 "Pertama, kau sanggup melakukan hal-hal besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan, dan Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.

"Kedua: sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu menjadi orang yang lebih baik.

"Ketiga: Pensil ini tidak keberatan kalau kita mau menggunakan penghapus ini untuk mengapus kesalahan-kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berda di jalan yang benar untuk memperoleh keadilan.

"Keempat: yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu. "Dan akhirnya, yang

"Kelima: pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu. "

17 komentar:

  1. Sepertinya sy pernah membaca ini....dan ini mengingatkan aku lg. makasih yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak indah, kisah ttg pensil memang ada beberapa versi kayaknya :)

      Hapus
  2. keren sekali nih ceritanya.
    filosifi dari pensil, patut untuk saya jadikan perenungan untuk bertindak kedepan

    BalasHapus
  3. Benar sekali mas Agus, sangat patut di jadikan bahan perenungan buat kita semua untuk bekal perjalanan hidup :)

    BalasHapus
  4. mumpung masih susana lebaran setelah saya menyimak artikel di atas, mohon di maafkan segala kesalahan, minal aidin walpaidzin.

    BalasHapus
  5. filosofi yang patut diterapkan dalam kehidupan kita...

    andai pensil itu tak hanya diciptakan untuk menulis ya........(andai)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, semoga kita semua termasuk orang orang yang berhasil menerapkannya :)

      Hapus
  6. sungguh filosofi yang sangat berharga dan layak diterapkan dalam kehidupan kita (saya maksudnya) terutama dalam mendidik anak-anak...

    BalasHapus
  7. kunjungan perdana...izin nyimak dulua...di tunggu kunjungan baliknya ya..sukses selalu untuk anda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sudah berkunjung, folback sukses :)

      Hapus
  8. Wah bagus banget ceritanya. Sangat menginspirasi kita semua. Terimakasih :)

    BalasHapus
  9. lima filosofi pensil yang mengagumkan...luarbiasa :-)

    BalasHapus