Malam ini malam kedua menginap di RS A. Makkasau Parepare, berhubung paman (yang sehari-harinya saya panggil BAPAK) mesti di rawat karena pendarahan pada paru-parunya. Yah, ini kali kedua beliau di rawat dengan alasan yang sama.
Dan buat saya, ini kali ketiga "Pindah Kamar" ke Rumah Sakit ini. Pertama kali waktu Bapak sakit yang pertama, dan kedua kali waktu keponakan saya di rujuk beberapa jam setelah lahir karena tiba-tiba demam dan berat badan turun sementara lahir hanya dengan 2,2 Kg. dan yang ketiga kalinya adalah kali ini.
Dalam rumah sakit, saya melihat banyak hal yang keseluruhannya menyeretku pada beberapa paragraf yang berjudul "Renungan", diantaranya:
Saya melihat banyak manusia yang mengeluhkan keadaannya kepada dokter dan perawat, dengan wajah yang kesakitan dan nampak jauh dari kondisi nyaman. Seketika saya merasa bersyukur karena tidak di tempatkan pada posisi itu, tetapi di sisi lain saya juga merasa perih melihat pancaran derita dari wajah orang-orang yang sedang sakit. Secara, saya termasuk orang yang memahami bahwa tindakan yang paling mengerikan di muka bumi ini salah satunya adalah tindakan medis. Sungguh, sangat sangat sangat mengerikan!!
Ketika saya melihat manusia disodok tenggorokan dan kerongkongannya dengan sebuah selang, ketika melihat bayi-bayi mungil itu di tusuk sana-sini hanya untuk sebuah selang infus, ketika melihat darah meluncur keluar dari tubuh entah karena batuk dan sebagainya, dan ketika melihat balutan luka bekas sayatan pisau operasi. Menyakskan semua itu, perut serasa di obrak abrik, lalu perihnya muncrat ke ulu hati. Ini saya hanya menyaksikan, bagaimana yang di beri tindakan? Allah Kariiimmmm...
Dan derita yang terlihat bukan hanya itu, bukan hanya soal tindakan medis. Yang saya lihat sangat parah adalah derita keluarga si sakit. Jika anda seorang berduit, maka derita anda berkurang beberapa poin dari orang yang tidak berduit. Mereka yang tidak berduit selain memikirkan kesehatan anggota keluarganya, mereka juga lebih bingung lagi mengenai biayanya. Meskipun saat ini sudah ada beberapa jaminan kesehatan untuk rakyat seperti JAMKESDA, JAMKESMAS, tetapi ketika kita ada di Rumah sakit, ada saja keperluan yang memaksa kita harus mengeluarkan uang, belum lagi untuk beberapa obat yang tidak termasuk dalam tanggungan pemerintah, sehingga anggota keluarga mesti membayarnya.
Salah satu contohnya, saat saya menjaga keponakan yang dirujuk ke rumah sakit pasca lahir. waktu itu, kami di bangsal karena semua kamar di rumah sakit sedang full begitu juga dengan bangsal anak. Itu pun kami dapatnya depan Toilet dimana Ibu sang bayi (sepupu saya) tidak mendapat tempat tidur (baca: melantai). Tepat di samping Inkubator keponakan saya, ada seorang nenek yang menjaga cucunya. Si bayi juga baru lahir tapi ibunya sedang tidak sadarkan diri karena mengalami hipertensi pasca melahirkan. Sehingga dia (si bayi) mesti dirawat terpisah dari ibunya. Yang sangat menyedihkan dari kondisi nenek ini adalah, dia tuli dan tidak mengerti bagaimana mengurus bayi jaman sekarang. Maksud saya tentang bagaimana takaran susunya, mesti menggunakan air seperti apa, dan yang paling susah adalah si nenek tidak mendengar ketika cucunya menangis. Ayah si bayi bertugas menjaga istrinya, dan seorang anak lagi.
Saat pertama kali saya bertemu dengan si bayi, sama sekali tidak ada perlengkapan. Baik itu loyor (celana bayi), baju, apalagi susu. sangat miriss!!. Dan usut punya usut, ayahnya belum punya uang!!. Waktu itulah, tante saya merasa tergerak untuk membelikan susu, serta minyak telon dan seorang ibu di dalam bangsal itu turut memberikan sebagian loyornya untuk si bayi. Alhamdulillah, cukup untuk dipakai sehari2.
Suatu kali saya menyempatkan untuk melirik wajah ayah si bayi ketika dia datang menjenguk anaknya. Yang tergambar seraut wajah kebingungan, mesti bolak balik menjenguk kedua2nya dengan jarak ruangan yang lumayan jauh dan yang sudah pasti soal biaya yang mesti ada untuk merawat keduanya. dan Alhamdulillah, saat itu kita punya sedikit tabungan untuk diberikan sebagai bentuk kepedulian. Dan setelah 3 hari kemudian, Ibu si bayi pun sehat dan mereka memohon untuk segera diberi ijin keluar dari rumah sakit sehingga kami tak tau lagi kabar mereka. Semoga saja mereka sekeluarga di beri kelebihan rezeki dan kemudahan hidup yang penuh berkah. Amin
Kisah ini hanya salah satu dari banyaknya kisah yang ada di Rumah Sakit, dan tentu saja bukan hanya di rumah sakit, tapi diluar sana sangat banyak kisah yang sama. Hanya saja, apakah kita mampu merasakan kepahitan dan kepedihan hidup orang lain agar kita bisa mengambil hikmah darinya, serta mampu mengaktualkan sifat Tuhan yang ada dalam diri kita. Satu kalimat yang sangat melekat di pikiran saya adalah "jika kita ingin tahu apakah kita termasuk orang yang masih punya hati, maka ke Rumah sakit lah".
RS A Makkasau Parepare, 26 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar