Di purnama esok, aku ingin kau hadir di sini
Kita rajut kembali peradaban yang membelantara
Di balik semak belukar kebiadaban zionis
Di antara jeruji para teroris kebajikan
Hingga purnama berubah sabit yang dengannya kita menenun larik larik mimpi dengan cinta sebenar
Mengurai benang kusut di hati para biadabis
Menguntai hari indah tanpa perang
Melahirkan bidadari bidadari surga
Dan saat bulan tak lagi muncul,
Bumi telah terang oleh CINTA..
Kita rajut kembali peradaban yang membelantara
Di balik semak belukar kebiadaban zionis
Di antara jeruji para teroris kebajikan
Hingga purnama berubah sabit yang dengannya kita menenun larik larik mimpi dengan cinta sebenar
Mengurai benang kusut di hati para biadabis
Menguntai hari indah tanpa perang
Melahirkan bidadari bidadari surga
Dan saat bulan tak lagi muncul,
Bumi telah terang oleh CINTA..
Puisi ini saya tulis sejak empat tahun yang lalu di sebuah buku corat-coret paling ancur sedunia dan saya sudah lupa suasana apa yang saya alami saat itu, hingga akhirnya puisi ini tercipta. dan hari ini saya terpikir untuk mempostingnya di blog ini agar bisa terdokumentasi dengan baik :)
Judul awalnya adalah BELANTARA PERADABAN, tapi pada postingan ini saya tampilkan dengan judul CAHAYA CINTA. mungkin saja karena "cara pandang" yang sedikit berbeda, dimana waktu itu saya melirik kehidupan ini sedemikian rumit dan nampak seperti sebuah belantara. lalu hari ini saya memandangnya dengan sebuah cahaya meskipun redup, dan berpikir bahwa belantara peradaban ini akan berakhir dengan munculnya satu cahaya yaitu cahaya cinta. walaupun harus dimulai dari cahaya-cahaya redup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar