Senin, 05 Maret 2012

SPASI HUJAN

Menikmati hujan
                       Ada nyanyian hujan disini yang tak memberi jeda bagi matahari, ada banyak pula ketukan yang tak ber-spasi mencipta lagu tentang denting hujan.

Dan hujan memberiku jeda menikmati semerbak bau tanah, menyimak ketukan gemericik air, merasai basah dari tetes-tetes air, dan menghirup aroma bunga yang di hempas angin. namun keseluruhannya hanya menggerus pikirku, dan membuatku tersudut rasa.

Hujan ini tak mampu menghapus kerinduan, meski remang senja telah menepi dan memberi ruang pada petang. sepi pun kembali menetes dari ranting-ranting kerinduan, menyurutkan resahku jauh ke lubuk pilu. yah, senja selalu saja mencolek-colek kerinduan dalam hening bumi dan kicau binatang malam.

Lalu kuputuskan untuk menerobos setiap celah hujan, dingin dan basah justeru samarkan perasaan dan tangisku memilu. haruskah ku jaring beranda hujan agar ketukannya bukan lagi musik pilu, haruskah ku kurung hujan dalam kalimat-kalimat indah tanpa kata pilu biar musiknya bernada bahagia. atau haruskah ku bebaskan ia dari kalimat-kalimat ku hingga tak tertulis lagi hujan dalam catatanku.

Seperti hujan yang tak peduli pada bunga yang kelelahan ditimpa jatuhnya, seperti pada tanah yang tersiksa dengan penuhnya pori-porinya dengan genangan. Seperti pada atap rumah yang lelah dengan ketukan-ketukan nya, seperti pada teras-teras yang berdesah karena basah, seperti pada daun jendela yang terkadang terhempas badai hujan, dan seperti pada setiap kaca yang menjadi buram karena tertiup dinginnya hujan.

Yah, sebuah spasi sibuk dalam keseimbangan pesona. sebuah irama hidup tanpa jeda keluh, sebuah interaksi tanpa kritik, sebuah alinea tanpa perbedaan jenis huruf. sebuah kerinduan tanpa batas waktu. 

Hem...

Menikmati hujan dalam jeda kali ini (Ahad Petang, 03 Maret 2012) menciptakan se-spasi simponi dalam alinea catatanku tentang kerinduan, menari dengan jelas tanpa gerak alur teratur. Dan hujan juga tak kunjung berhenti, menemaniku melukis di lembaran digital ini dengan alunan lagunya opick "Hujan, kau ingatkan aku. tentang satu rindu". Berharap besok menikmati hujan dengan bebas dan berbeda...

SaLam Etika...

4 komentar:

  1. terima kasih, sangat menarik...
    tulisan ini menyeret saya kedalam hujan tanpa tanpa harus berbasah didalamnya, penggambaran realitasnya begitu nyata...

    tetaplah berkarya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah berkunjung dan bersedia membacanya... Lain kaLi koment nya pakai nama yah..

      Hapus
  2. Dan aku pun tersedak dlm hujan yg tak pernah berhenti...

    BalasHapus
  3. Mantap Yunda.... sangat filosofis, sebuah kegersangan jiwa yang menanti siraman hujan...

    BalasHapus